Arsip untuk April, 2009

dsc00384-editSatu lagi tempat makan yang sering saya kunjungi untuk makan siang, ketika tumpangan siap dan kebetulan diajak ama yang punya mobil, maka berangkat kita ke tempat yang satu ini. Lokasi tempat nya sendiri tidak jauh dari kantor saya, tepatnya di Jalan Senopati, makanya saya sebut saja tempat makan ini Ikan Goreng Senopati, butuh waktu kurang lebih 10 sampe 15 menit untuk mencapai lokasi yang terletak dipinggir jalan. Seperti warung-warung tenda pada umumnya, tempat ini pun hanya tenda yang kemudian di extend sama yang punya sampe ke luar tenda (ini yang gawat ketika hujan tiba-tiba ikutan mampir tuk nyobain sambelnya…).

dsc00377-ed2Menu makanan yang ditawarkan ya apalagi kalo bukan ikan-ikan yang siap digoreng dan juga ayam bagi mereka yang kurang suka dengan ikan, ditambah lagi mungkin kalau anda suka terong, disini juga disediakan terong goreng dengan sambel tentunya. Yang namanya ikan goreng saya rasa dimana saja rasanya pasti sama, kecuali kalo gorengnya gosong, itu lain cerita, tapi yang menjadikannya rasanya tambah enak adalah dari olahan sambelnya yang pas dilidah dan membuat nafsu makan bertambah.

Pilihan menu saya kalau makan disini adalah ikan mujaer, terong, nasi tambah setengah porsi plus teh tawar anget ditambah kalau lagi pengen bisa pake krupuk, harga?? ngga sampe 15rebu. Anda bisa juga memilih beraneka macam ikan dari air tawar maupun air asin dengan harga yang pastinya pas dikantor. Sarannya kalo mo coba makan disini, cobalah dateng sebelum jam 12 supaya bisa dapet tempat duduk atau dateng setelah jam 1an, soalnya kalo pas dateng diantara jam tersebut….ruamee…bisa-bisa kudu berdiri dulu supaya dapet tempat. Selamat mencoba!!!

Mujaer Goreng

Mujaer Goreng

Terong Goreng plus Sambel

Terong Goreng plus Sambel

All pictures taken using Sony Ericsson W830i 2.0 mp camera.

Beberapa waktu lalu saya beli lensa ini dari temen di Alpharian.Com yang kebetulan beli banyak lensa-lensa minolta dari Jepang, karena budget yang saya alokasikan untuk lensa tele sangat terbatas, maka pilihan jatuh pada lensa ini, baca review-review mengenai lensa ini di beberapa forum, memang bukan merupakan top-of-the class, tapi apa mo dibilang, ada harga ada barang om…tapi bukan juga yg jelek-jelek amat, pokoke sesuai sama harga lah…

Setelah saya diamkan selama seminggu, karena setelah saya ambil nih lensa dari temen saya waktu di acara Focus 2009, baru sempet saya tes beberapa hari kemudian, objek yang jadi korban tidak laen dan tidak bukan…bunga-bunga dihalaman tetangga. Kinda suprise with the result, compared to the Lens Kit yang selama ini saya pegang, ternyata hasilnya jauh banget bos, ngga tau apa selama ini saya tidak bisa memaksimalkan hasil dari lensa kit 18-70mm F3.5-5.6 atau bagaimana, tetapi membandingkan hasil dari keduanya dengan settingan yang sama, ternyata hasilnya sangat berbeda. Berikut hasil komparasi jepretan kedua lensa tersebut:

using SAL 18-70mm f3.5-5.6

using SAL 18-70mm f3.5-5.6

using Minul 70-210mm f4.5-5.6

using Minul 70-210mm f4.5-5.6

Seperti bisa dilihat diatas, menurut mata seorang nubie seperti saya, foto yang dihasilkan Minolta 70-210mm lebih tajam ketimbang menggunakan SAL 18-70mm. Berikut plus dan minus lensa ini menurut.

Kelebihan:

  • Harganya relatif murah
  • Warnanya mantab Lebih tajem dibandingkan dengan Lens Kit
  • AFnya juga lumayan cepet dengan kondisi cahaya yang mendukung
  • Bagus tuk dipake outdoor shooting

Kekurangan:

  • Buruk untuk penggunaan Low Light
  • Bokehnya biasa aja

Kesimpulan:

Saya cukup puas dengan lensa ini, dengan harga yang relatif murah, bisa dapet lensa tele yang menghasilkan warna yang ciamik, ketajaman yang lebih baik dari yang selama ini saya hasilkan. Mungkin klo ada budget tambahan dan kebetulan ada barangnya, bisa coba lensa kaleng-bir alias sang legenda BeerCan…Semoga saja.

Salam Jepret dari Nubie!!!

Tahukah anda kalo tanggal 22 April itu diperingati sebagai Hari Bumi (Earth Day). Penggagasnya adalah seorang Senator Amerika, klo ngga salah denger namanya Gaylord yang pada waktu itu menyaksikan ada sebuah kapal tanker yang menumpahkan minyak ke lautan (ngga tau sengaja apa ngga), kemudian setelah di kembali ke Washington beliau menggagas hari tersebut sebagai Hari Bumi, hari untuk menghargai betapa berharganya bumi kita ini. Dan begitulah ceritanya – maaf klo rada rada salah soalnya baru tau tadi pagi juga ketika dengerin Prambors….he..he..he…

Starbucks aja ikut mendukung Hari Bumi 2009 dengan memberikan harga setengah dari harga normal untuk mereka yang dateng dengan membawa gelas sendiri (tapi tidak lebih dari 600 ml) dari tanggal 22 sampai dengan 23 April 2009. So, buruan siapkan gelas, mug, cangkir, baskom anda….masih ada besok!!!

image001

Seperti biasa kehebohan di kantor dimulai sejak pukul 11 pagi, bukan karena heboh masalah kerjaan atau kasak-kusuk diskusi tentang peraturan perpajakan melainkan heboh menu makan siang apa hari ini. Belakangan emang saya ga terlalu heboh dengan mo makan dimana? naek apa? bareng siapa? dibayarin ama siapa? Karena daripada pusing mikirin mo makan apa siang ini, mending bawa makan dari rumah aja, ga pusing dan ga perlu panas-panasan keluar kantor, yang jelas alasannya bukan karena berhemat, wong jajan tetep jalan malah duit keluar lebih banyak jadinya.

judulSiang ini, seperti siang-siang pada umumnya…diskusi heboh makan siang dimana sudah dimulai sejak jam 11 lewat 1 detik. Akhirnya setelah panjang lebar diskusi yang ga penting, ditambah tunggu menunggu akhirnya berangkatlah kami mencoba tempat makan yang baru kita tau, Rawon Nguling yang terletak di Jalan Cikajang, Jakarta Selatan. Nguling sendiri merupakan nama kecamatan di Probolinggo, Jawa Timur, disana pula awal mula restoran ini yang sejak tahun ’42 sudah berdiri.

tempatButuh waktu kurang lebih 10 menit untuk dapet spot parkir, maklumlah datengnya sudah lewat dari jam 12. Suasana restorannya menurut saya cukup bersih, ruangan dibagi menjadi smoking dan non-smoking, sayang walaupun kami bukan perokok, terpaksa gabung dengan rombongan kereta-api, karena tempat non-smoking sudah dipenuhi oleh pengunjung sebelum kami. Menu masakannya, sesuai dengan nama restoran yaitu menyediakan aneka ragam jenis rawon, nasi pecel dan ayam penyet beserta side-dishesnya. Harga untuk makanan berkisar dari Rp 1.500 sampe Rp 27.500. Sedangkan untuk minuman tidak ada yang khas, kisaran harganya dari Rp 1.500 sampe Rp 12.500 untuk mixed juice.

Walaupun menu andalannya rawon, tapi pilihan saya jatuh ke Nasi Pecel seharga Rp 10.000 yang terdiri dari nasi anget, sayuran dengan bumbu kacang dilengkapi dengan rempeyek kacang. Soal porsi lumayan mengenyangkan ditambah lagi dengan prekedel dan setengah telur asin, soal rasa, menurut saya restoran ini ambil amannya aja, tidak terlalu pedas malah cenderung agak manis, jadi cukup nyaman di perut dan di mulut, tapi untuk yang nge-fans sama cabe mungkin akan ngerasa sedikit kurang nampol pedesnya. Sebagian temen lagi banyak yang nyoba, Nasi Rawon (Campur) seharga Rp 14.000, dilihat dari penampilan, menurut saya warnanya ngga se-gelap rawon-rawon yang pernah saya liat, cenderung lebih light warnanya, mungkin lagi-lagi ambil aman, tapi soal rasa menurut mereka yang mencicipi sih “it’s a good value“. Sayang, 1 menu lagi yaitu ayam penyet ngga ada yang nyoba, jadi ngga tau deh rasanya kayak apa. Kesimpulannya, tempat makan yang satu ini, bersih, good value and not a bad-taste. Wong Pak SBY aja juga makan di restoran yang sama yang ada di Nguling. Selamat mencoba siapa tau ntar ketemu ama Pak SBY.

Nasi Pecel

Nasi Pecel

Nasi Rawon (Campur)

Nasi Rawon (Campur)

Menu Kumplit (kumpuluan orang pelit)

Menu Kumplit (kumpuluan orang pelit)