Archive for the ‘Food & Beverages’ Category

DSC02591Pengen tau gimana rasanya makan gabus pucung di Villa? begini ceritanya….

Jika anda kebetulan berada di Depok tepatnya di daerah Mampang Indah, Pancoran Mas, Depok dan lagi ngidam masakan khas betawi, cobalah mampir ke Rumah Makan Gabus Pucung Vila Betawi. Tempatnya cukup nyaman dan tidak berada dipinggir jalan yang ramai, parkiran untuk mobil juga tergolong luas, cukup besar untuk kumpul keluarga.

 

"Gabus Pucung"

“Gabus Pucung”

Makanan yang disajikan tentunya sesuai dengan judul warung makannya, Gabus Pucung, selain itu juga ada pecak gurame, hanya saja pecak gurame yang disajikan disini rada berbeda dengan yang mungkin pernah anda rasakan ditempat makan yang sejenis, kuahnya lebih bening ketimbang pecak yang biasanya rada keruh. Tapi tetap mantap. Sajian khas lainnya yang bisa anda rasakan disini seperti sayur asem dan berbagai masakan jengkol, bisa menambah selera makan siang anda. Kalau minuman khas, anda bisa coba bir yang halal, bir pletok. Forget about diet!

"Pecak Gurame"

“Pecak Gurame”

"Semur Jengkol - si penggangu diet"

“Semur Jengkol – si penggangu diet”

Soal harga ngga penting asalkan ada yang bayarin…hehehe….tapi yang jelas ngga sampe jual tanah koq untuk menikmati santapan lezat ini. Selamat mencoba!

"The complete set"

“The complete set”

Terakhir…..kalau ada beruntung, bisa saja anda ketemu dengan Ondel-ondel sama anaknya….lol.

DSC02587

“Ondel-ondel ada anaknya….”

 

Akhirnya menginjakkan kaki ini juga di tanah Borneo, salah satu pulau terbesar yang ada di negri tercintah ini, memang perjalanan kali ini masih sehubungan dengan perjalanan dinas untuk menghadiri sebuah acara sosialisasi. Terbang langsung ke Banjarmasin sehabis kantor menjadi pilihan saya, memang timing acaranya kurang pas, jadwal sosialisasinya hanya dari jam 8 sampai dengan 12 WITA, kalau naik pesawat yang pertama, walaupun udah sesuai jadwal pasti akan telat sampai ke acaranya, karena pesawat pertama dijadwalkan landed di bandara Syamsudin Noor pada pukul 8.35 WITA, ingat itu belum memperhitungkan kalau ada delay atau ngantri untuk take off di Bandara Soetta, disamping itu males juga ah bangun pagi buta tuk berangkat ke bandara, akhirnya saya putuskan untuk berangkat malem, numpang tidur di hotel, toh sorenya udah kembali lagi ke Jakarta.

DSC01001

CKG – BDJ

Tiba di bandara Syamsudin Noor disambut guyuran hujan yang ga kalah serunya ama di Jakarta, kebetulan pas sampe bandara ada booth hotel yang akan saya inapi, basa-basi tanya apakah menyediakan shuttle bus ke hotel, dan ternyata harus menunggu sejam….lama beutth….tanya alternatif lain, bisa naik teksi bandara, chargenya rata, 100ribu, untuk ke Banjarmasin yang jaraknya kurang lebih 25km dari Bandar udara. Baiklah, seems fair, mengingat sebelumnya saya baca-baca ada yang bilang tarif taksi bisa berkisar antara 120 – 180rb, dan malah ada yang bilang harus tawar-menawar segala, trus kalo ngga bisa bahasa banjar bisa kena lebih mahal lah…inilah….itulah….sesuatu yang sangat males buat saya. Kalau ini kan lebih pasti, loketnya resmi, judulnya juga taksi bandara, seperti kebanyakan taksi-taksi bandara di luar Jakarta yang memang menerapkan tarif flat dari bandara.

DSC01009 copy

Sungai Martapura

Hotel saya lokasinya tepat didepan sungai Martapura yang menurut saya sungai itu sangat lebar, tapi kata petugas resepsionis ini cuma anak sungai-nya Barito yang luasnya lebih lebar lagi, sayang karena waktu sempit jadi ga mungkin mengeksplore luasnya sungai Barito sekaligus melihat pasar terapung. Jadi sampe hotel, langsung Zzzzzz….. (toh udah mendekati tengah malam waktu setempat).

Acara sosialisasi ya sesuai jadwal lah, selesai pas makan siang kemudian saya dan salah satu rekan dari kantor mencoba untuk keliling Banjarmasin mencari oleh-oleh dan sekedar menikmati hidangan khas Banjar. Dari resepsionis hotel di tempat acara, kami diberitahukan untuk pusat oleh-oleh silahkan menuju toko oleh-oleh Andalas, menuju sana menggunakan teksi berargo sekaligus mencari makanan khas banjar, ya apalagi klo bukan Soto Banjar. Setelah mencari oleh-oleh Pak Soleh, supir teksi kami, mengantarkan kita ke kedai/warung Soto Banjar Bang Amat, lokasinya ditepi/pinggiran sugai Martapura. Harga makanan dan minumannya juga standar dan ada harga di menu, jadi jangan takut kena jeddor…dan rasanya juga pas dilidah saya. Menikmati soto Banjar ditepi sungai diiringi lagu live band khas daerah setempat, memberikan suasana dan kesan tersendiri.

DSC01008

Sota Banjar (Full)

DSC01012 copy

Soto Bang Amat

DSC01006 copy

Me and my lunch

Mungkin kalau ada kesempatan lagi kesini, harus bisa memaksimalkan untuk mengeksplore tempat ini, cari hotel yang lebih nyaman, pelajari tempat-tempat wisata atau landmark kota sehingga bisa lebih maksimal. Untuk transportasi dari Bandara cukup mudah, teksi, cuma ya itu harganya segitu. Untuk bepergian ke tempat-tempat lain juga kita bisa pesan taksi dan ber-argo, atau kalau memang sudah tau apa yang dituju, sewa mobil/kendaraan akan lebih menyenangkan dan lebih flexible. Di beberapa hotel menyediakan tour wisata kota, ataupun jika anda mau, bisa naik kapal-kapal untuk mengelilingi kota banjar malaui sungai, tentunya keselamatan anda merupakan resiko anda. Begitulah ceritanya….

Selain macro photography, jenis fotografi lain yang menarik perhatian saya adalah food photography. Awalnya karena ingin memamerkan hasil karya masakan kami melalui situs jejaring sosial ditambah ingin mengasah dan menguji coba kemampuan alat-alat yang saya miliki dan berniat untuk mendalaminya lebih lanjut.

A300 | 1/30s | F2.8 | 0.00 EV | ISO 200 | 50.0 mm

Kebetulan di edisi Majalah Tamasya terbitan Juli kemarin, dibahas 6 Tricks for the “Tastiest” Food Photos, coba saya sharing disini deh tips yang diberikan di majalah tersebut.

1. PENGATURAN

Pilih pengaturan “tinggi”, tetapi tetap focus pada objek. Gunakan latar belakang atau taplak meja polos. Gunakan piring yang berwarna kontras dengan makanan dan hindari warna yang sama dengan makanan yang akan difoto. Sebelum memotret, pastikan tidak ada gangguan di belakang objek, seperti orang lewat atau peralatan perak. Atau, gunakan efek blur (pudar) di belakang objek.

A300 | 1/160s | F5.0 | 1.00 EV | ISO 400 | 50.0mm

2. PENCAHAYAAN

Gunakan pencahayaan alami. Tempat yang paling cocok untuk memotret makanan adalah di samping jendela besar, dengan tirai putih yang menyebarkan cahaya. Jangan tergoda untuk menggunakan flash karena akan membuat foto makanan menjadi berbintik-bintik. Jika Anda tidak bisa mendapatkan cahaya alami dan harus menggunakan flash, usahakan agar cahayanya di-bouncing pada kamera anda.

A300 | 1/80s | F2.8 | 0.00 EV | ISO 100 | 50.0 mm

3. KESEIMBANGAN WARNA

Pelajari tentang color balance atau keseimbangan warna, terutama saat tidak mendapatkan cahaya alami. Atau bereksperimenlah dengan fitur white balance pada kamera anda.

4. JANGAN BERGERAK

Jika pencahayaan kurang baik, gunakan tripod untuk membantu agar tidak terjadi gerakan yang akan membuat hasil foto buram.

5. FOTO YANG BANYAK

Ambil foto sebanyak mungkin , dari berbagai sudut. Zoom objek foto anda, sehingga satu frame dipenuhi oleh objek tersebut.

6. LAKUKAN DENGAN CEPAT

Lakukan pemotretan dengan cepat, segera setelah makanan dihidangkan. Jika Anda terlalu lama memotret sepiring salad misalnya, tampilan sayuran menjadi layu dan tidak segar, sehingga tentu akan mempengaruhi hasilnya.

Kalo masih belum puas dengan tricks yang diberikan diatas, silahkan di googling saja, banyak sekali informasi di internet mengenai food photography, sumber internet lain bisa coba adalah www.digital-photography-school.com  bahkan videonya pun berserakan di YouTube. Selamat berkreasi kawan!!

Rada bosen juga tiap bulan belanja kebutuhan pokok di Giant MargoCity, jadinya pengen cari suasana baru….loh kenapa ngga coba belanja di Pejaten Village aja, kan ada Hypermart….sekalian deh mumpung dirumah lagi kaga masak, cari makan siang. Mamanya si Marva ngasih ide makan di tempat dia dan temen-temennya biasa makan, nama tempatnya Ah Mei Cafe adanya di lantai 1 Pejaten Village, kalau dari selebaran dan menu makanannya, katanya sih kalo di Singapur ini tempat makan semacam jajanan kaki limanya, tapi karena di Indon dia naek kelas, jadi adanya di Mol di lantai 1 lagi adanya. What the heck….lets try menu-menu yang ditawarin disini.

DSC04434

Namanya juga kafe yang buat tempat kongkow-kongkow bareng, menu yang menjadi pilihan bisa dibilang ngga terlalu berat, walaupun ada juga yang namanya nasi goreng, nasi lemak dan juga laksa Singapur. Selain itu menu sarapan ala luar, bukan ala Mba Maya, terbilang cukup pariatif  bin macem-macem. Tapi pilihan saya untuk siang ini adalah Paretha (ngga tau spellingnya bener apa ngga) Chicken Curry, yang terdiri dari 2 tumpukan roti paretha dan potongan paha atas berbumbu kari tentunya sedangkan mantan pacar saya pilih paretha cheese.

DSC04441

DSC04439

Dasar perut emang dah melar ngga karuan, dah dikasih makanan yang porsinya bisa dibilang ngga dikit-dikit amat masih aja ribut “kaga nendang cuy”, ditambah tuh chicken curry yang dah ngga ada temennya, akhirnya pesen lagi deh tambahan plain paretha-nya, eh ternyata pesen ini juga dikasi kari, walaupun tanpa chicken. Wah tau kaya gini, tadi gw ga pesen yang pake ayam seharga Rp 30.000, mendingan pesen yang ini cuma Rp 17.000 dan rasa karinya dilidah lebih pas ketimbang yang dipakein ayam. Mo pesen yang cheese paretha, harganya Rp 20.000 dah pake kari juga. Pilihan minuman dan desert juga beragam, dari es campur versi mereka ama es cendol yang spellingnya beda tapi nyebutnya tetep sama. Tapi saya lebih tertarik dengan Es Teh Tarikk yang juga direkomendasiin oleh teman seranjang saya, harganya 17rebu juga…tapi dijamin ngga rugi lah…so wanna try???

DSC04431

DSC04429

Nama Tempat : Ah Mei Cafe
Lokasi : Pejaten Village Lantai 1